top of page

Ujung Tombak Media: Pengalaman dan Pandangan tentang Corona

10 Mar 20 | 23:46

Amelia Rosary

Ujung Tombak Media: Pengalaman dan Pandangan tentang Corona

Demi mendapat informasi terbaru untuk para pembaca setia, reporter rela mendekat ke titik di mana kasus pertama corona di Indonesia ditemukan. Pada kesempatan kali ini, kita akan mengetahui pengalaman Irfan Fathurohman dan Hana Adi Perdana, dua reporter berita IDN Times, saat meliput kasus corona di Jakarta. 


Perasaan was-was tentu menjadi hal paling utama yang mereka rasakan. Saat meliput, Irfan mengaku, “Bahkan ada teman media lain yang tersugesti. Pada hari berikutnya, ia merasa pusing, demam, dan pilek. Namun, saya percaya bahwa selama saya tidak kontak langsung dengan pasien, tidak memegang hidung maupun mulut saya saat tangan sedang kotor, risiko terjangkit corona pun tak akan besar.” Baginya, menjaga imun tubuh agar tetap stabil adalah hal terbaik yang ia bisa lakukan saat ini. “Makan makanan yang sehat, seperti buah dan sayur, berolahraga, istirahat cukup, serta menjaga kebersihan diri dan lingkungan adalah beberapa hal penting yang harus kita lakukan. Minum vitamin juga boleh,” ujarnya.


Menjadi bijak di saat virus corona sedang melanda tak hanya dilihat dari bagaimana kita menjaga diri, tetapi juga dari bagaimana kita bereaksi saat mendengar suatu berita. Panic buying, misalnya, membuat masker menjadi salah satu barang yang paling diincar belakangan ini. “Seperti yang kita tahu, Ketua Dewan Pers, Muhammad Nuh mengimbau awak media agar tak lupa pakai Alat Pelindung Diri (APD). Padahal, di sisi lain, Menteri Kesehatan, Terawan Agus mengungkapkan bahwa masker hanya untuk orang yang sakit. Jadi, menurut saya, jurnalis juga perlu bijak mendengar masukkan dari kedua pihak. Saat dalam kerumunan, lebih baik gunakan masker. Jika berada di tempat yang tidak padat, lebih baik tidak menggunakan masker agar bernapas juga terasa lebih nyaman,” imbuh Hana.

 

Dalam hal pemberitaan, Irfan mengungkapkan beberapa perbedaan antara media dalam dan luar negeri, “Bagaimana pun, kita terlalu fokus pada informasi personal pasien yang sebenarnya tak perlu kita ungkap: ‘Corona Berasal dari Dansa’, ‘Warga Depok Kena Corona’. Pekerjaan dibeberkan, alamat dibeberkan, begitu pula dengan identitas keluarga. Kita harus banyak belajar dari media luar yang lebih fokus ke pokok permasalahannya saja: melalui apa penularannya, bagaimana kondisinya sekarang, dan lain-lain.” 


Media sangat memengaruhi reaksi masyarakat, lho! Banyak hal lain yang harus jurnalis kupas, seperti tingkat fatalitas corona yang tak setinggi Ebola, SARS, dan MERS, atau banyaknya kasus corona yang dapat diatasi. Jadi, jangan panik, tetapi harus tetap jaga kesehatan juga, ya!

bottom of page