top of page

#REALTALK Ep. 03: Ariel Tatum Beri Simpati & Empati pada Pejuang Kesehatan Mental

Amelia Rosary

13 Mar 20 | 12:00

#REALTALK Ep. 03: Ariel Tatum Beri Simpati & Empati pada Pejuang Kesehatan Mental

Pada episode ke-3 #REALTALK, Instagram x IDN Media mengadakan talkshow tentang Mental Health. Kali ini, kami mengundang Ariel Tatum untuk menceritakan pengalamannya saat sedang menghadapi Borderline Personality Disorder


Saat menginjak usia yang ke-13, Ariel, untuk pertama kalinya, melakukan percobaan bunuh diri. Menyadari ada yang salah dengan dirinya, ia mulai menyisihkan uang saku untuk pergi ke psikolog. “Ada sesuatu yang kosong di dalam hati aku. Terdengar berlebihan, ya, tapi itu benar-benar apa yang terjadi,” ungkapnya. Karena peraaan kosong itulah, ia merasa harus melakukan sesuatu yang dapat memunculkan sensasi一rasa sakit yang dapat ia sadari secara fisik. 


Setiap keputusan dan tindakan yang ia ambil sangat dipengaruhi oleh kondisi emosinya yang tak stabil: Ariel cenderung moody, stres. “Mungkin semua orang juga mengalami ini, tapi saat itu aku merasa bahwa moody, stres, dan emosiku yang tak stabil itu berpengaruh pada produktivitasku,” ia mengaku. Oleh karenanya, “Proses pemulihan tak bisa langsung terselesaikan. Ini membutuhkan beberapa kali terapi, juga harus ada usaha dan komitmen untuk terus menekuni prosesnya,” ucap Ariel penuh keyakinan. 

 

Membayar 850.000 per 1 jam visit di tahun 2010 silam, ia juga menyadari bahwa biaya untuk treatment semacam ini cukup mahal. Namun, ia yakin, “If there’s a will, there’s a way. Pasti! Sebagai informasi, aku sudah bekerja sama dengan sebuah platform kesehatan, bisa cek di highlights Instagram aku, ya. Di platform tersebut, tenaga medis sudah 100% dijamin berlisensi. Aku selalu kasih voucher kounseling gratis, kok. Kalau kamu kehabisan, ada jenis voucher lainnya juga berupa potongan harga sebesar 20%. Konsultasi melalui pesan bisa, langsung pun bisa. Aku punya beberapa komunitas juga, jadi kalau kamu merasa butuh orang untuk ngobrol, komunitas ini bisa jadi tempatnya.”


Ariel, sebagai penginisiasi #LetsEndtheShame, ingin terus berusaha agar setiap individu yang memiliki gejala gangguan mental dapat terus merasa berarti, didukung, dan tak sendiri. Terimalah diri kita meski prosesnya akan berjalan panjang karena, “It will be worth it in the end,” pesannya. 

bottom of page