WEF Youth Survey 2020: 69% Remaja ASEAN Kesulitan Belajar Jarak Jauh
Amelia Rosary
28 Jul 20 | 19:40
Anak muda ASEAN tetap tunjukkan pola pikir positif saat pandemik

Pada Kamis, 23 Juli 2020 lalu, World Economic Forum (WEF) dan IDN Times menyelenggarakan webinar spesial peluncuran WoEF Youth Survey 2020. Dimoderatori oleh Uni Lubis, Editor-in-Chief IDN Times, acara ini menghadirkan Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional, Prof. Bambang PS Brodjonegoro, PhD sebagai keynote speaker.
Hadir pula beberapa panelis lain seperti Joo-Ok Lee (Head of the Regional Agenda, Asia Pacific, World Economic Forum), H. E. Kung Phoak (Deputy Secretary General for ASEAN Socio-Cultural Community), Santitarn Sathirathai (Group Chief Economist, Sea, Singapore), Neneng Goenadi (Indonesia Managing Director of GRAB), dan William Utomo (Founder & Chief Operating Officer of IDN Media).
Survei ini merupakan inisiatif dari sebuah perusahaan internet di Singapura, Sea, dalam kemitraan dengan WEF. Melalui survei yang dilakukan pada hampir 70 ribu anak muda dengan rentang usia antara 16-35 tahun di 6 negara ASEAN, tak sedikit dari mereka yang menghadapi tantangan ketika harus belajar dan bekerja dari rumah.
“Berdasar survei tersebut, ada 69% remaja yang mengaku kesulitan untuk bekerja atau belajar dari jarak jauh. Bahkan, 7% mengatakan tidak mungkin untuk melakukan proses bekerja atau belajar dari rumah,” ujar Santitarn Sathirathai dari Sea dalam webinar peluncuran WEF Youth Survey 2020 yang diselenggarakan oleh World Economic Forum dan IDN Times.
Ia kemudian melanjutkan pernyataannya dengan memaparkan beberapa fakta, “Ada beberapa kendala, memang, 41% diantaranya dikarenakan kualitas internet, 29% karena biaya internet, 28% gangguan rumah tangga, 24% karena kurangnya motivasi, dan 29% sisanya dikarenakan oleh manajemen tim. Intinya, mereka yang memiliki pendidikan lebih rendah—di bawah perguruan tinggi—dan tinggal di luar ibu kota biasanya memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi untuk bekerja atau belajar dari rumah,” jelasnya.
Pada diskusi tersebut, ditemukan bahwa keterbatasan keterampilan digital adalah salah satu faktor yang memengaruhi kemampuan mereka untuk bekerja atau belajar dari jarak jauh. Namun, di sisi lain, fakta juga menunjukkan bahwa adopsi digital turut meningkat. Ada 4 aplikasi yang paling populer diakses oleh anak muda di ASEAN, yakni media sosial, pendidikan daring, belanja daring, dan pertemuan virtual.
William Utomo, Founder & CEO IDN Media, juga membenarkan hal tersebut, "Indonesia dan Singapura umumnya memiliki potensi untuk adopsi digital lebih tinggi. Misalnya, anak muda di kedua negara memiliki tingkat pembelian di e-commerce yang tinggi." Selaras dengan yang disampaikan oleh William, berdasar hasil riset kemitraan World Economic Forum, lebih dari 50% anak muda di kedua negara ini memang meningkatkan persentase pembelian di berbagai platform online, terutama di masa pandemik.
Dengan lingkungan baru itu, ternyata ada banyak anak muda di ASEAN yang menunjukkan pola pikir positif, bertumbuh, adaptif, dan gesit. Buktinya, sebanyak 48% responden menyatakan telah belajar bersiap menghadapi kemungkinan adanya pandemik di masa mendatang. Sedangkan 41% mencoba berbagai keterampilan baru, 38% yang lain mencoba berpikir kreatif.