top of page

#MenjagaIndonesia: Ngobrolin Warisan Komik Lokal

Amelia Rosary

12 Aug 20 | 12:40

Komik superhero Indonesia sudah ada sejak 1930-an

#MenjagaIndonesia: Ngobrolin Warisan Komik Lokal

Pada 12 Agustus 2020, IDN Times kembali hadir menyambut HUT ke-75 RI dengan mengadakan webinar berjudul “#MenjagaIndonesia: Ngobrolin Warisan Komik Lokal”. Ya, sedikit unik, webinar kali ini membahas mengenai komik buatan Indonesia bersama dengan Bismarka Kurniawan (CEO dan Founder PT. Bumilangit Entertainment), Sheila Timothy (Produser Film Wiro Sableng), Hikmat Darmawan (Peneliti dan Kurator Komik), dan Abimana Aryasatya (Aktor).

 

1. Sekilas sejarah tentang komik Indonesia


 

Pada 1931, sebelum berhasil mengumandangkan proklamasi kemerdekaannya, komik strip dengan karakter modern pertama telah hadir di Indonesia. Bahkan, komik superhero Sri Asih sebenarnya sudah hadir mendahului komik wayang yang lebih sering diasumsikan sebagai komik klasik. 

 

Cerita superhero yang sempat sukses di Tanah Air sempat dinilai terlalu kebarat-baratan. “Padahal, di saat yang sama, Amerika juga melarang adanya komik. Komik dinilai sebagai salah satu hal yang dapat merusakan generasi muda. Serba salah jadinya,” kata Hikmat selaku peneliti dan kurator komik. 

 

Tak tinggal diam, seorang kreator komik di Indonesia pada saat itu, R.A. Kosasih, merespon hal tersebut dengan menciptakan sebuah komik wayang. “Bisa dibilang, komik wayang ini adalah satu-satunya genre komik yang endemik dari Indonesia, sukses sampai tahun 1980-an,” ia menambahkan.

 

2. Peminat komik di Indonesia buka kans kesuksesan


 

Membahas tentang peminat komik di Indonesia, Bismarka, Founder PT. Bumilangit Entertainment, angkat bicara. Katanya, “Semua itu tergantung supply dan demand. Kalau supply oke, demand juga pasti akan terkontrol, kok. Nah, berdasarkan data sebuah komik digital, LINE Webtoon, jumlah peminat komik Indonesia ternyata merupakan salah satu yang tertinggi, lho.”

 

Audiens LINE Webtoon sendiri, kata Bismarka, didominasi oleh generasi Z di Indonesia, khususnya perempuan. Kendati angka demand dan penetrasi supply komik timpang, kesempatan bagi industri komik untuk berkembang malah menjadi semakin besar. “Untuk membangun dan memajukan industri komik, niatnya harus niat bersama, bukan hanya niat dari satu pihak,” terangnya.

 

3. Berkolaborasi untuk perkuat presence kekayaan intelektual


 

Mengurus intellectual property atau hak kekayaan intelektual merupakan salah satu hal krusial yang wajib dipertimbangkan saat menciptakan suatu karya kreatif. “Hal-hal yang berkaitan dengan legal, paten, copyright ini masih perlu dioptimalkan kembali oleh Indonesia. Soalnya kita masih baru, jadi ada banyak hal teknis yang masih perlu diperbaiki,” ucap Sheila, Produser Film Wiro Sableng.

 

Menurut Sheila, cara untuk meningkatkan kualitas pelayanan hak kekayaan intelektual ini harus dimulai dari industri kreatif terlebih dahulu. “Yah, meskipun secara bisnis kita adalah kompetitor, bagaimanapun kita harus berkolaborasi untuk memperkuat presence kekayaan intelektual itu sendiri. Pasalnya, kalau tidak bekerja sama, superhero lokal pun akan kesulitan mendapat kepercayaan dari audiens,” pungkasnya.

 

4. Gundala ada sejak 1969


 

Gundala merupakan tokoh komik ciptaan Hasmi, salah satu komikus dan penulis skenario terkenal di Indonesia. Komik tersebut muncul pertama kali dalam komik "Gundala Putra Petir" pada tahun 1969. Sebagai respon kreatif dari komik tersebut, muncullah kisah tentang Sancaka yang bangkit membela keadilan dan kemanusiaan dengan kekuatan supernya.

 

Abimana, aktor yang memainkan peran Sancaka, mengaku, “Hal pertama yang terlintas dalam benak saya saat itu adalah, ini tanggung jawab yang besar untuk menjadikan sebuah brand lokal agar lebih kekinian. Namun, kekinian saja tak cukup. Nilai yang dibawa dari versi orisinal Gundala masih harus tetap dibawa di versi terbaru Gundala ini.”

 

Optimisme dari para narasumber webinar IDN Times episode 4 ini begitu terasa. Melihat dari sudut pandang yang lebih positif, COVID-19 juga diharapkan tidak menjadi penghambat bagi masyarakat Indonesia untuk lebih menggali kemampuan kreatif mereka, sehingga komik lokal dapat semakin dikenal di negara kita sendiri. 

bottom of page