top of page

Editor Hype IDN Times, Ubah Persepsi Negatif dari Berita Entertainment

Amelia Rosary

3 Sep 20 | 11:11

Bikin gosip jadi positif, memangnya bisa?

Editor Hype IDN Times, Ubah Persepsi Negatif dari Berita Entertainment

Mengalami stres adalah hal yang umum sekali terjadi. Ada yang menguranginya dengan mendengarkan musik, makan, belanja, dan ada pula yang scrolling smartphone mereka untuk mendapatkan informasi terbaru seputar selebritis. Selain itu, pembahasan mengenai kejadian viral, foto lucu, fakta unik, hingga konten throwback ke masa 90-an tentu juga bisa menjadi pelipur stres. 

 

Diharuskan untuk terus up-to-date, Editor kanal Hype (sebutan untuk kanal entertainment) di IDN Times, Indra Zakaria dan Erina Wardoyo, akan menceritakan suka duka mereka selama berkecimpung di kanal hiburan. Tak hanya itu, pada kesempatan kali ini, mereka juga akan membagikan perspektif mereka setelah lama menjalani profesi sebagai editor.

 

1. Apa saja tugas sehari-hari Editor Hype IDN Times?

 

Hampir 90% berita Hype berasal dari media sosial. Itulah mengapa, setiap pagi setelah bagun tidur, Editor Hype akan langsung mencari beragam topik yang sedang trending, baik di Twitter, akun berita selebritis di Instagram, hingga ke TikTok. Jika ada informasi yang menarik, Editor Hype akan meneruskan informasi tersebut pada penulis agar dapat langsung diproses menjadi sebuah artikel. 

 

“Kami juga adakan brainstorming bersama para penulis, kontributor, dan anak magang Hype. Lalu ada proses approval: tiap ide yang lahir dari brainstorming tersebut akan kami saring kembali. Kalau sudah, kami akan mulai edit artikel-artikel yang ada dengan mempertimbangkan ejaan, diksi, dan judulnya―sudah sesuaikah dengan EYD dan KBBI, apakah judulnya click-worthy,” terang Erina.

 

Indra kemudian menambahkan, “Tak berhenti di situ tugasnya. Kami juga akan lanjut koordinasi dengan tim lain, seperti tim Public Relations, Videography, dan Audience Development untuk kolaborasi proyek seperti media visit atau acara CETAR (Cerita Artis). Selain harus rajin brainstorming mengenai tema yang sedang happening, kami juga perlu analisa perkembangan penulis berdasarkan hasil tulisan mereka.”

 

2. Dream comes true, bisa bertemu dan wawancara artis idola!

 

“Dari kecil, aku suka banget nonton televisi dan mengidolakan seseorang. Dari kelas 4 SD, aku sudah suka Westlife, lalu beralih ke Meteor Garden, AFI, band-band Indonesia, dan terakhir aku juga menjadi K-Poper. Kalau lihat website entertainment, jiwa penasaranku bangkit. Semenjak itulah aku ingin jadi wartawan―bertemu dengan idolaku dan nonton konser gratisan,” flashback Erina sambil diiringi gelak tawa.

 

Indra melanjutkan, “Apa yang Erina bilang memang benar. Nyatanya, kami bisa bertemu banyak artis yang selama ini hanya kami lihat dari layar kaca. Bahkan, kami juga bisa melakukan wawancara khusus, rasanya bangga banget! Sebagai fanboy K-Pop, senang sekali waktu bisa liputan konser MUBANK, G-Dragon, Seventeen, Wanna One, Super Junior, dan masih banyak lagi.”

 

Tak hanya itu, Erina bahkan sempat terbang ke Belanda untuk melakukan tugas liputan, lho, guys! “Waktu itu, aku ikut premier film Si Doel Anak Sekolahan. Rasanya seperti mimpi bisa menginjakkan kaki di Eropa. Di 2019, aku juga ke Korea Selatan untuk bertemu dengan para casts film TERMINATOR yang begitu mendunia. Untuk hal teknis, aku juga bebas mengeksplorasi tulisan aku di IDN Media. Wah, terima kasih, IDN Media!”

 

3. Ubah persepsi jika berita entertainment hanya berisi hal negatif

 

Bagaimanapun, tak ada hal yang sempurna di dunia ini. Editor Hype tentu juga menghadapi berbagai tantangan. Indra menyatakan, “Tidak semua penulis punya sense Hype yang bagus. Ini yang terkadang menjadi kesulitan tiap kali ada recruitment reporter baru. Reporter Hype itu harus ekstra kepo, ya. Nah, itu yang susah dicari.”

 

“Meski kanal entertainment selalu diasosiasikan dengan hal-hal negatif, di IDN Times kami malah ditantang agar tak menjadi media entertainment yang julid. Julid, ‘kan, artinya iri dengan keberhasilan orang lain, lalu menyudutkan orang tersebut dengan berbagai cara. Itulah mengapa, biasanya kami hanya akan memaparkan fakta saja, lalu mengimbanginya dengan memberikan review mengenai prestasi atau kebaikan artis tersebut,” lanjut Indra.

 

Selain itu, dengan tingginya aliran berita yang sedang trending, mereka pun tak mungkin meliput semuanya dalam sekali waktu. “Benar-benar harus bisa memilih mana artis yang layak diberitakan, mana yang hanya gimmick. Intinya, harus pandai-pandai memilih, kalau tidak energi kita akan habis begitu saja,” tambah Erina.

 

4. Pesan untuk yang tertarik menjadi wartawan entertainment

 

Bagi kalian yang tertarik menjadi wartawan entertainment, Indra dan Erina memiliki beberapa hal yang perlu kalian ingat. “Selain kemampuan untuk merespon berita yang sedang trending dengan cepat, kita harus sama-sama mengingat nilai dari redefining beauty, ya. Kata ‘cantik’ atau ‘tampan’ itu sangat relatif, sebaiknya tidak digunakan sama sekali,” kata Erina.

 

“Selain itu, verifikasi data, pastikan berita yang sedang kita olah ini bukan hoaks. Pantau media lain, cek sumber pakai metode komparasi. Jangan lupa tingkatkan kepekaan untuk naikin topik―layak tidak, ada faedahnya tidak. Topik ini juga harus disesuaikan dengan keywords Google supaya optimasi pembaca juga jalan,” ujar Indra.

 

Menutup perbincangan sore itu, Erina menambahkan, “Tempatkan diri sebagai pembaca sebelum menulis dan/atau mengedit sesuatu. Apakah bahasanya pantas, apakah menarik secara traffic? Kalau bisa, ubah berita yang berkonotasi negatif menjadi positif. Contoh, jika media lain memberitakan Ayu Ting Ting sebagai janda Depok yang dekat dengan banyak pria, kita akan menulis ‘10 Potret Ayu Ting Ting Urus Bilqis, Bukti Single Mom Idaman’ atau ‘Dikenal Supel, 10 Potret kedekatan Ayu Ting Ting dengan Seleb Lainnya’.”

bottom of page