top of page

Penulis Novel Rahasia Soeratmi: “Hayati Tokohmu” itu Hanya Mitos!

24 Sep 20 | 10:00

Amelia Rosary

Fokus pada plot dan setting dulu saja, ya

Penulis Novel Rahasia Soeratmi: “Hayati Tokohmu” itu Hanya Mitos!

Tak hanya menjadi kegiatan di waktu luang, menulis juga menjadi profesi bagi sebagian orang. Menariknya, membuat sebuah tulisan, khususnya fiksi, memungkinkan kita untuk mengeksplorasi lebih banyak hal dan mengilhami lebih banyak orang. Hal senada juga dilakukan oleh Wisnu Suryaning Aji (Wisnu), seorang penulis laki-laki yang sukses memproyeksikan cerita dari sudut pandang seorang perempuan, melalui novel ciptaannya yang berjudul Rahasia Soeratmi.

Turut meramaikan Indonesia Writers Festival (IWF) 2020, Wisnu hadir bersama dengan Brilliant Yotenega (Ega), selaku Founder dari Storial.Co, sebuah platform menulis online untuk para penulis pemula: platform yang juga telah membesarkan nama Wisnu. Bersama dengan dua figur ini, Indonesia Writers Festival (IWF) 2020 mengupas elemen-elemen penting yang  terdapat pada novel, khususnya novel Rahasia Soeratmi.


Mengawali sesi pertama di hari ketiga Indonesia Writers Festival (IWF) 2020, pada 23 September 2020, Wisnu menceritakan tantangan utama yang dihadapi saat menulis novelnya. Katanya, “Sebagai seorang laki-laki, saya dituntut untuk memahami sudut pandang perempuan. Dalam penuangannya, saya juga harus ekstra hati-hati, jangan sampai bias gender. Untuk melakukan itu, prosesnya memakan cukup banyak waktu, jadi rasa lelah itu pasti tak terhindarkan. Positifnya, saya bisa melihat banyak hal baru dari sudut pandang yang berbeda. Menarik.”


Menanggapi pernyataan dari Wisnu, Ega mengucapkan, “Dengan setting tahun 1930-an, tokoh di novel Rahasia Soeratmi ini adalah perempuan yang berpikiran progresif. Sayangnya, di era Soeratmi, pemikiran semacam itu belum bisa diterima. Menariknya di situ: Wisnu coba tekankan bahwa tokoh protagonis itu belum pasti menang. Namun, kekalahan yang tokoh itu terima malah bisa menjadi fondasi bagi Kirana, cucu dari Soeratmi yang tinggal di masa yang lebih modern, untuk mendobrak pemikiran lawas tersebut. Kompleks.“


“Kompleksitas itulah yang membuat saya yakin bahwa writing untuk bekerja isn’t for everyone. Misal, ketika kita melihat seorang penyanyi sedang perform di atas panggung, kita bisa menilai penghayatannya, tekniknya, dan yang lain. Berbeda dengan penulis: setiap apa yang kita tulis itu merupakan part of our exercise, jadi satu buku yang sudah publish itu tidak selalu bisa dianggap sebagai suatu hasil performance. Intinya, apakah naskah kita disukai atau tidak, itu bukan sesuatu yang perlu dipikirkan untuk langkah awal. Just keep writing,” kata Wisnu.


Saat ditanya mengenai hal apa saja yang harus diperhatikan dalam menulis, Wisnu menyatakan, “Hal-hal linguistik, segala sesuatu yang berkaitan dengan teknis itu wajib dipelajari. Logika, struktur cerita juga harus dipastikan dapat berjalan beriringan. Nah, kalau ada penulis lain yang bilang, ‘Hayati emosi tokohmu,’ saya yakin itu hanya mitos. Toh, nyatanya, emosi bisa pindah, kok―yang tadinya hanya konsep di kepala, kemudian dinarasikan melalui kata.”


Menutup perbincangan sore itu, Wisnu menyimpulkan, “Penegasan karakter bisa pula digarap dengan teknik semiotika kognitif, sebuah teknik untuk membangun simbol-simbol di dalam pikiran pembaca. Tidak perlu terlalu concern pada karakter atau hal-hal kecil yang kurang signifikan. Plot dan setting adalah yang utama, soalnya mereka akan menentukan banyak hal, termasuk pembentukan karakter: style-nya seperti apa, tingkah lakunya bagaimana. Kalau di masa Soeratmi, perempuan tidak boleh maju ke depan. Nah, saya tabrakin saja: si Soeratmi saya bikin berani maju ke depan, akhirnya terciptalah konflik.”


Rangkaian acara Indonesia Writers Festival (IWF) 2020 masih akan berlangsung hingga 26 September 2020. Masih ada banyak topik-topik menarik seputar dunia literasi yang akan dibahas dalam acara yang mengusung visi "empowering Indonesians through writing". Penonton dapat menyaksikan rangkaian acara Indonesia Writers Festival (IWF) 2020 secara gratis melalui platform YouTube dan Instagram IDN Times.

bottom of page