top of page

Trik Belanja Cermat dan Hemat Agar Masa Depan Keuangan Terjamin

4 Oct 20 | 13:00

Amelia Rosary

Belanja harus balance. Maksudnya?

Trik Belanja Cermat dan Hemat Agar Masa Depan Keuangan Terjamin

Kesehatan finansial menjadi sebuah tantangan bagi setiap keluarga, terutama pada masa pandemik di mana perekonomian sedang berjalan tidak selancar biasanya. Maka dari itu, penting bagi orang tua untuk mulai mengatur keuangan, termasuk memahami bagaimana cara untuk meminimalisisasi pengeluaran tak mendesak yang merogoh kocek.


Pada kesempatan kali ini, Ligwina Hananto, seorang financial trainer, membagikan trik bagi seluruh keluarga di Indonesia tentang bagaimana cara berbelanja yang cermat dan hemat agar keuangan tetap stabil, terutama selama pandemik masih berlangsung. Berikut adalah rangkuman dari sesi bincang-bincang Popmama Parenting Academy 2020 with Tokopedia dengan Ligwina. Semoga dapat membantu ya, Ma!


1.Belanja, salah satu hal yang pengaruhi kondisi finansial keluarga

Ketika mendengar kata “belanja”, banyak orang yang mengasosiasikannya dengan konotasi boros, seolah-olah berbelanja adalah hal yang harus dihindari. Kenyataannya, belanja merupakan salah satu poin penting yang dapat memengaruhi kondisi finansial suatu keluarga. Ligwina mengungkapkan, “Setiap keluarga pasti harus menyisihkan pengeluaran untuk berbelanja, tetapi harus dipahami dulu, berbelanja yang bagaimana? Ada belanja rutin, seperti isi dapur, listrik, dan internet, itu, ‘kan, memang wajib setiap bulannya. Nah, yang kedua adalah belanja lifestyle, ini pengeluaran yang tidak wajib, tapi ada kesenangan saat membelinya.”


Menurut Ligwina, belanja untuk keperluan lifestyle inilah yang tak jarang menjadi titik “kecolongan” bagi banyak keluarga dalam mengatur kondisi keuangannya. Kemudian, ia memberikan pemahaman, “Tidak ada yang salah, kok. Belanja lifestyle yang sifatnya sekunder bukan berarti harus ditutup total, tetapi coba di-manage pengeluarannya. Misalnya, dengan menyediakan budget khusus sehingga tidak mengganggu belanja rutin.”


2. Pahami kapan belanja sudah dapat dikategorikan boros

Setiap jenis pengeluaran, menurut Ligwina, harus memiliki batasan atau limit-nya, sehingga budget dapat terkontrol dengan baik. Ini diterapkan agar tidak ada over buying dan terjadi pemborosan. “Misalnya, budget belanja keperluan A adalah 300 ribu. Nah, ketika sudah lewat dari angka tersebut, itu bisa dikatakan boros,” ujar Ligwina memberikan contoh.


Menurut Ligwina, belanja itu tidak salah ketika sudah ada budget dan batasan khususnya. “Intinya, harus balance antara pengeluaran rutin dan pengeluaran entertainment. Karena pada dasarnya, berbelanja itu membelanjakan apa yang kita butuhkan dan mengupayakan apa yang kita inginkan bila mampu,” imbuhnya.


3. Cara mengatur finansial saat diskon

Diskon menjadi salah satu faktor terjadinya pemborosan dalam finansial keluarga. Terkadang, diskon membuat kita membeli hal yang tidak terlalu diperlukan atau bahkan memborongnya sekaligus karena harga yang terpasang dirasa lebih murah. Untuk menyiasati hal tersebut, Ligwina memberikan beberapa trik. “Pertama, buatlah daftar kebutuhan yang memang perlu dibeli dalam kurun waktu satu bulan. Jadi, kita bisa menyesuaikan barang diskon apa yang sekiranya kita butuhkan dan memang harus dibeli,” ungkapnya.


Kemudian ia menambahkan, “Kedua, jika memang tidak memiliki list dan kebetulan ada diskon, pastikan terlebih dahulu kondisi keuangan keluarga; apakah membeli barang diskon dapat mengganggu pengeluaran lainnya? Jika kita sudah memiliki tabungan khusus dan barang yang didiskon memang sering kita gunakan di rumah, tidak masalah untuk membeli banyak agar dijadikan stok.”


4. Ajarkan anak berbelanja cerdas sejak dini

Kondisi finansial keluarga tentu bukan hanya isu yang harus diperhatikan oleh orang tua saja. Anak, sebagai bagian dari keluarga, juga harus dilibatkan. “Sejak usia dini, anak harus mulai diajarkan tentang beberapa hal terkait finansial, seperti pengeluaran maupun budget belanja,” jelas Ligwina.


Agar anak-anak dapat dengan mudah memahami makna dari belanja cerdas, orang tua harus menciptakan suasana obrolan finansial yang membumi dan dekat dengan kehidupan sehari-hari. “Jangan jadikan kondisi finansial sebagai sesuatu yang berat dan jauh dari anak. Setidaknya, ada 4 poin yang harus dipahami anak agar mereka mengerti apa, sih, belanja cerdas itu,” imbuhnya.


“Pertama adalah tentang menghasilkan uang. Kita harus memberikan pemahaman bahwa uang hanya dapat diperoleh dengan kerja keras, sehingga mereka dapat mengapresiasi setiap uang yang mereka dapatkan atau keluarkan. Kedua, jelaskan tentang berbelanja. Hal ini penting karena dapat melatih anak untuk mengambil keputusan," katanya.


Ia menambahkan, “Ketiga adalah berbagi. Dengan ini, kita dapat menumbuhkan empati anak: mereka akan belajar untuk menyisihkan sebagian dari apa yang ia miliki untuk orang lain yang kita nilai lebih membutuhkan. Keempat, yang terakhir, adalah menabung. Untuk melakukan yang satu ini, prosesnya harus bertahap. Awalnya, anak diajarkan menabung lewat celengan. Baru setelah mereka remaja, kita dapat buka rekening atas nama dia dan orang tua, sebelum akhirnya bisa menabung secara mandiri,” jelas Ligwina.


Bagi yang ketinggalan keseruan Popmama Parenting Academy (POPAC) 2020, Mama dan Papa masih dapat menyaksikan sesi-sesi seru tersebut melalui platform YouTube Popmama.com. Terima kasih atas partisipasinya dan sampai jumpa di Popmama Parenting Academy (POPAC) tahun depan!

bottom of page