Timmy of the Month: Bekerja di Media, Harus Mampu Adaptasi di Tengah Lingkungan yang Dinamis
26 Feb 21 | 19:00
Amelia Rosary
We can never really go solo!
Pada bulan ini, IDN Media kembali memilih Timmy of the Month. Salah satu dari dua Timmy of the Month yang terpilih adalah Fahrul Razi Uni Nurullah. Sebagai Timmy dari tim IDN Times yang mengasuh platform Duniaku.com, Fahrul begitu semangat dalam mengikuti setiap tren di dunia pop culture yang dinamis serta mampu menciptakan beragam inisiatif dan inovasi yang kreatif.
Tak hanya itu, Fahrul juga terbiasa memberikan input ketika ada suatu hal yang dirasa kurang tepat sehingga permasalahan yang dihadapi tim pun dapat segera terselesaikan dengan baik. Itulah mengapa ia dinilai sukses dalam menerapkan nilai Timmyness nomor 3: “Thriving in ambiguity and fast-paced environment with constant changes” dan Timmyness nomor 4: “Being active and collaborative rather than competitive”.
1. Ikut terlibat membangun komunitas Warga Duniaku
Bergabung dengan IDN Media sejak 2019 lalu, Fahrul merupakan seorang editor di Duniaku.com, sebuah media multi-platform terdepan tentang game, anime, teknologi, dan kultur geek untuk Millennial dan Gen Z di Indonesia. Sebagai editor, Fahrul tidak hanya bertugas untuk mengelola artikel dari para penulis dan kontributor aktif di Duniaku.com, tetapi juga terlibat dalam pengembangan program-program untuk audiens Duniaku.com. “Saat ada gathering bersama Warga Duniaku, yang tidak lain adalah komunitas dari Duniaku.com sendiri, saya juga terlibat baik di depan maupun di belakang layar,” terangnya.
2. Tak hanya menulis, jurnalis juga harus peka dengan lingkungan yang dinamis
Tren yang secara konstan berubah membuat Timmyness nomor 3 menjadi suatu mindset dasar yang harus dimiliki oleh tiap orang, terutama bagi mereka yang bekerja di perusahaan media. Fahrul sendiri menyebutkan, “Saya percaya bahwa jika seseorang telah memutuskan untuk terjun ke dunia media, situasi yang ambigu menjadi suatu hal yang tak terelakkan lagi. Jurnalis, editor, harus mampu untuk keep up with the pace yang sangat cepat berubah一apa yang ramai hari ini, bisa saja mati di bulan depan. Kalau tidak terbiasa, ini memang tidak mudah.”
Memberi contoh, Fahrul mengungkapkan, “Sama halnya dengan game Pokemon Go. Kurang lebih pada tahun 2016, hampir semua orang memainkan game tersebut, ya. Otomatis, tren ini, ‘kan, juga diangkat oleh media. Menulis apapun yang berkaitan dengan Pokemon Go, sudah pasti page views banyak. Namun, siapa sangka juga kalau beberapa bulan kemudian, realitanya sudah berbeda? Di sisi lain, tren Naruto itu bisa dibilang awet, tapi, ‘kan, tetap ada pasang surutnya, jadi harus peka di bagian itu juga.”
Untuk itu, kata Fahrul, editor dan jurnalis itu memang wajib mengikuti perkembangan informasi di media sosial. “Mungkin ini sudah menjadi rahasia umum, ya. Kalau di case pop culture, misalnya, ada game baru yang akan segera diluncurkan. Hype-nya pasti akan sudah mulai terasa beberapa waktu sebelumnya. Tahunya dari mana? Dari media sosial, seperti Twitter dan grup Facebook. Untuk hal seperti ini, tim Audience Development atau Search Engine Optimization memang bisa membantu. Namun, bukankah lebih baik kalau kita juga bisa memahaminya sendiri?” terang Fahrul.
3. Dahulukan semangat kolaboratif daripada kompetisi
Dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari, Fahrul mengaku bahwa jiwa kompetitif adalah salah satu emosi yang wajar saja dialami. “Jangan salah, rasa kompetitif itu tidak bisa dihindari. Terima saja perasaan tersebut, kemudian olahlah. Toh, bekerja di perusahaan tentu tak bisa mengandalkan diri sendiri, kok. We can never really go solo. Mindset-nya harus diatur, pandangannya musti lebih luas. Artinya, hasil kerja keras kita itu adalah kontribusi untuk kesuksesan perusahaan, bukan untuk kemenangan diri sendiri. Dengan nilai kolaboratif yang dikandung oleh Timmyness nomor 4 inilah, Timmy pun didorong untuk bekerja sama secara solid,” ungkapnya.
4. Skill bukan satu-satunya faktor yang menentukan baik buruknya seseorang
Di lingkungan pekerjaan, sering kali kita berfokus untuk memiliki skill setinggi dan sehebat mungkin. Ada kalanya kita lupa bahwa selain skill, ada faktor lain yang tak kalah penting, yaitu semangat positif dalam diri kita. “Sudah bertahun-tahun menekuni dunia jurnalis, saya jadi paham bahwa skill yang average itu belum tentu lebih buruk dibanding dengan skill yang sudah expert. Mengapa? Karena yang penting adalah nilai atau kultur positif yang ada pada diri seseorang. Kalau hal-hal basic itu ada, kerendahan hati untuk belajar, untuk tahu lebih biasanya dapat ditemukan pada orang tersebut,” terang Fahrul, menutup perbincangan siang itu.
Timmy of the Month adalah sebuah token apresiasi untuk para Timmy yang dapat menerapkan Timmyness secara total, mengambil langkah ekstra dalam melakukan pekerjaan mereka, serta menyebarkan kebaikan ke setiap individu di sekitarnya (ya, it's all about positive vibe), dan memiliki standar integritas yang sangat tinggi.