top of page

Rayakan International Women's Day, IDN Times Adakan #NgobrolSeru dan Undang Menlu Retno Lestari

8 Mar 21 | 13:40

Amelia Rosary

Dunia dukung pengembangan potensi diplomat perempuan

Rayakan International Women's Day, IDN Times Adakan #NgobrolSeru dan Undang Menlu Retno Lestari

Merayakan International Women’s Day (IWD) pada Sabtu, 6 Maret 2021 lalu, IDN Times bekerjasama dengan Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) untuk mengundang Menteri Luar Negeri Retno Lestari Priansari Marsudi dalam acara #NgobrolSeru. Kali ini, tema yang diusung adalah “Perempuan dan Perdamaian Dunia”. Berbicara tentang hal tersebut, diplomat tentu menjadi garda terdepan dalam penerapannya, terutama dalam melakukan dialog dan menjaga hubungan baik antar negara.


Sayangnya, menurut Retno, diplomat perempuan masih memiliki tantangan yang lebih besar jika dibandingkan dengan laki-laki. Padahal, perempuan juga memiliki potensi untuk menjadi agen perdamaian dunia. Dalam kesempatan ini, Retno turut hadir untuk berbagi pandangannya terkait hal tersebut. Bagaimana dialog yang terjadi antara Retno dan lebih dari 100 jurnalis perempuan di perayaan IWD yang diadakan? Yuk, kita simak apa yang menjadi poin-poin kritikal yang disampaikan!


1. Lebih dari 30 tahun bekerja sebagai diplomat, Retno jadi saksi bertambah banyaknya jumlah perempuan yang terlibat dalam profesi ini

Mengawali kariernya sebagai diplomat pada tahun 1984, Retno mengaku bahwa profesi ini lebih banyak dikuasai laki-laki. Menurut estimasinya, hanya ada sekitar 10% perempuan yang bekerja sebagai diplomat pada masa itu. “Meskipun begitu, kian hari, kian banyak pula perempuan yang terlibat dalam profesi ini. Sekarang sudah sebanding perempuan dan laki-lakinya, bisa 45-55 atau bisa 50-50," ia memberi data.


Perubahan positif tersebut juga dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan baru yang semakin menjamin ruang bagi perempuan untuk berkontribusi. Salah satunya adalah dengan dihapuskannya larangan pernikahan sesama diplomat. "Dahulu, menikah dengan sesama diplomat itu dilarang. Salah satu harus mengundurkan diri dan, tentu saja, sebagian besar yang mengundurkan diri adalah perempuan. Nah, kalau sekarang, bila ada dua diplomat yang menikah, keduanya tidak wajib mengundurkan diri," ujarnya.


2. Indonesia gagas jejaring negosiator dan mediator wanita ASEAN

Untuk mengembangkan potensi diplomat perempuan, Indonesia menggagas pembentukan jejaring negosiator dan mediator perempuan ASEAN atau yang biasa disebut SEANWPNM. Jejaring ini memberi kesempatan yang luas bagi perempuan untuk turut berkontribusi dalam mewujudkan perdamaian dunia. "Saya pribadi percaya dan meyakini bahwa kaum perempuan dapat menjadi agen perdamaian dan agen toleransi. Berangkat dari minimnya keterlibatan perempuan dalam proses mediasi berbagai konflik global dan kawasan menjadi salah satu alasan paling krusial dibentuknya jejaring tersebut," tutur Retno.


Jejaring ini diharapkan dapat menjadi penghubung antara kemitraan dengan jaringan mediator perempuan di tingkat global. “Selama 2 tahun beberapa waktu yang lalu, kita banyak sekali bergerak untuk isu gender dalam konteks pasukan perdamaian dunia karena kita, PBB, dan juga negara-negara di dunia, ingin agar porsi peacekeepers perempuan dapat ditingkatkan. Namun, sekali lagi, untuk meningkatkan porsi tersebut maka harus ada suatu kebijakan, suatu pemberdayaan yang memang harus diinisiasi oleh PBB, yang nantinya akan diikuti oleh negara-negara anggota,” pungkas Retno.


3. Investing in women is investing in a brighter future

Melanjutkan keterangannya pada poin ke-2, Retno menegaskan, “Integritas yang dimiliki oleh mayoritas dunia ini tentu menunjukkan adanya dukungan. Perempuan itu kuat, apalagi bila saling membantu. Bahkan, kalau ada menteri perempuan yang baru dilantik, misalnya di wilayah New Zealand dan Timor Leste, otomatis kita akan langsung 'klik', lalu langsung telepon satu sama lain dan gampang sekali dalam berkomunikasi."


Ikatan baik antara menlu perempuan satu dengan yang lain, menurut Retno, merupakan suatu ikatan yang saling menguatkan. Dengan demikian, isu-isu yang terkait perempuan pun dapat menjadi concern bersama. "Kita harus berada di depan. Ada 2 tugas utama yang perlu diperhatikan, yakni menghindari diskriminasi dan meningkatkan pemberdayaan perempuan. Investing in women is investing in a brighter future," pungkas Retno memberi kesimpulan.

bottom of page