
Ingin jadi UX Researcher? Pahami Dulu Arti dan Fungsi Usability Testing!
17 Mar 21 | 15:47
Amelia Rosary
Tak bisa asal-asalan, buat aplikasi mobile ada risetnya dulu, lho!

Tulisan ini dibuat oleh Pratiwi Susanti, UX Designer IDN Media, untuk program Timmy's Story
Demi menunjang bisnis yang sedang digeluti, tak sedikit pelaku bisnis yang kini telah mulai fokus pada pengembangan beragam produk, seperti website dan, khususnya, aplikasi mobile. Hal ini membuat pemahaman tentang usability testing menjadi salah satu hal paling krusial yang perlu dimengerti, terutama oleh para pengembang aplikasi mobile. Pada dasarnya, usability testing merupakan salah satu tahapan substansial yang dilakukan untuk mengetahui apakah desain produk yang diciptakan sudah cukup mudah digunakan oleh para users.
Dengan usability testing ini, uji coba akan dilakukan untuk mendapatkan feedback dari para users, sebelum produk tersebut diluncurkan secara resmi. Itulah mengapa kendala yang mungkin ditemukan oleh users ketika menggunakan aplikasi mobile tersebut akan dapat diketahui dalam fase usability testing ini. Selain itu, usability testing juga berkaitan dengan kualitas pengalaman users, lho. Terbayang betapa pentingnya, ‘kan?
1. Hal yang wajib dikuasai oleh seorang UX researcher
Saya percaya bahwa usability testing telah menjadi kebutuhan utama yang harus dikuasai oleh seorang UX researcher. Kemampuan melakukan usability testing ini berguna untuk memvalidasi desain yang telah ia rancang. Singkatnya, usability testing merupakan seperangkat teknik riset yang bertujuan untuk mengevaluasi tingkat kemudahan para users saat sedang menggunakan atau mengoperasikan produk yang kita kembangkan. Dalam kasus IDN Media sendiri, produk yang memerlukan usability testing meliputi Yummy App dan IDN App.
2. Elemen krusial yang dibutuhkan pada proses usability testing
Dalam melakukan usability testing, tentu ada beberapa elemen vital yang harus diperhatikan. Pertama adalah partisipan, users yang sudah menggunakan suatu produk tertentu dalam kehidupan nyata. Memiliki kecenderungan dan perilaku yang biasanya sesuai dengan target pengguna suatu produk, partisipan diminta untuk menyelesaikan serangkaian task guna menjalankan suatu misi simulasi yang evaluatif.
Kedua adalah fasilitator/moderator. Selain mengelola serangkaian tugas yang tengah dikerjakan oleh para partisipan, fasilitator/moderator juga harus memandu peserta untuk mengerjakan serangkaian proses yang telah disusun di task story. Selama partisipan melakukan tugas-tugas tersebut, fasilitator/moderator akan secara seksama mengamati perilaku partisipan, serta mendengarkan tiap feedback yang mereka berikan. Namun, di lain sisi, fasilitator/moderator juga dapat mengajukan pertanyaan lanjutan untuk memperoleh detail masalah yang mungkin telah ditemukan oleh partisipan.
Selanjutnya adalah task, rangkaian tugas dalam proses usability test yang telah ditulis dalam bentuk aktivitas realistis yang mungkin dilakukan oleh pengguna dalam kehidupan nyata. Tugas yang diberikan bisa sangat spesifik, namun tentu sangat bergantung pada pertanyaan penelitian dan jenis usability test-nya. Salah satu contoh usability test yang dilakukan oleh IDN Media usability test pada text editor di IDN App.
Terakhir adalah tujuan/objektif. Tujuan ini adalah metrics yang harus dicapai oleh para partisipan. Misalnya, suatu situasi diatur sedemikian rupa seolah-olah para partisipan yang sedang menulis sebuah artikel tentang review film hendak menambahkan beberapa objek gambar. Untuk mencapai objektif yang telah ditetapkan, pertanyaan yang diajukan adalah: cara seperti apakah yang partisipan anggap mudah dan efektif ketika hendak menambahkan multiple pictures di text editor IDN App? Dari situlah, muncul ide-ide dari para partisipan.
3. Teknik observasi untuk mengamati pengguna saat mengerjakan task
Tak hanya memerhatikan output akhir yang diberikan oleh partisipan, UX researchers biasanya juga akan melakukan teknik observasi pengguna. Teknik tersebut dilaksanakan dengan mengamati tiap partisipan saat sedang mengerjakan serangkaian tugas mengenai produk kita. Nantinya, hasil dari observasi ini dapat menjadi tolok ukur yang mengungkapkan momen-momen partisipan ketika merasa kebingungan atau mengalami kesulitan saat mengerjakan rangkaian task yang diberikan.
4. Waktu yang tepat untuk melakukan usability testing
Ada dua momen tepat untuk melakukan usability testing. Pertama adalah ketika proses redesigning hendak dilakukan. Pada proses ini, UX researcher boleh, lho, melakukan usability testing pada kompetitor untuk membandingkan produk lain dengan produk sendiri yang hendak di-redesign. Hal ini dapat memberi tahu UX researcher mengenai peluang dan celah koreksi kompetitor, sehingga desain/interaksi yang lebih baik pun dapat diinisiasi saat proses redesign sedang berlangsung.
Perlu diingat bahwa usability testing harus dilaksanakan sesering mungkin. Bekerjasamalah dengan tim untuk mengidentifikasi masalah utama dan lakukan usability testing ulang pada iterasi berikutnya agar desain dapat dimengerti oleh users sebelum produk tersebut diluncurkan. Tak hanya kian percaya diri dengan desain sendiri, tim juga akan lebih siap mengatasi masalah usability yang lebih kompleks dengan melakukan penyesuaian yang relevan.
Kedua, usability testing juga dapat dilaksanakan sebelum redesign. Dengan melakukan usability test pada produk yang sebelumnya sudah ada, UX researcher malah bisa menilai solusi desain yang saat ini sedang akan dikembangkan. Hal ini juga memungkinkan researcher untuk membandingkan pengalaman yang sebelumnya sudah ada, sehingga dampak perubahan di kemudian hari pun dapat diukur secara lebih mudah.