top of page

Kuliah Whatsapp Popbela.com, Trauma Psikologis Sering Tak Disadari?

18 Aug 21 | 11:08

Amelia Rosary

Kita cenderung mengubur dalam-dalam pengalaman buruk yang kita alami

Kuliah Whatsapp Popbela.com, Trauma Psikologis Sering Tak Disadari?

Beberapa waktu yang lalu, tepatnya pada tanggal 13 Agustus 2021, Popbela.com mengadakan kuliah Whatsapp bersama dengan Psychologist dan Mental Health Counselor di IDN Media, Hoshael Waluyo, M.Psi. Pandemik yang tak kunjung mereda ini memang bukan perkara yang mudah. Tak heran apabila pandemik juga banyak mempengaruhi kesehatan mental manusia. Salah satu isu mental yang kebanyakan orang alami adalah trauma. Untuk itu, Popbela mengundang Hoshael untuk berbagi ilmu mengenai pemahaman dan pengelolaan rasa trauma. 


1. Trauma sebabkan rasa tak berdaya
Hoshael adalah seorang Psychologist dan Mental Health Counselor di IDN Media yang begitu tertarik dengan isu trauma karena dampaknya yang kompleks secara psikologis. Dengan antusias, dirinya membagikan sudut pandangnya kepada Bela yang sudah bergabung dengan Popbela Community untuk lebih memahami tentang trauma secara proporsional. Tentunya, hal ini diharapkan dapat memudahkan Bela untuk mengelola pengalaman traumatis.


Pada kuliah Whatsapp tersebut, Hoshael menyebutkan bahwa trauma dapat diartikan sebagai cedera fisik dan dapat juga diartikan sebagai pengalaman psikologis yang sangat negatif. Secara umum trauma didefinisikan sebagai pengalaman langsung atau pengalaman ketika menyaksikan peristiwa di mana kematian, cedera serius, atau kekerasan terjadi di situ. Katanya, "Trauma juga bisa berarti respon terhadap peristiwa yang sangat menyakitkan atau mengganggu; yang melampaui kemampuan individu untuk mengatasinya." 


Ia juga mengungkapkan bahwa trauma dapat menyebabkan timbulnya perasaan tidak berdaya, mengurangi rasa keterhubungan dengan diri sendiri, dan melumpuhkan kemampuan untuk merasakan berbagai emosi dan menghayati aneka pengalaman. "Artinya, yang bisa dicermati dari definisi ini adalah bahwa trauma terjadi ketika sumber daya internal dan eksternal kita tidak lagi mencukupi untuk mengatasi dampak yang muncul dari suatu peristiwa traumatis," tandasnya. 


2. Trauma muncul dari suatu rangkaian peristiwa
"Nah, ketika konteksnya trauma psikologis, kita perlu mengingat tiga hal ini: The Three 'E's of Trauma! Events atau kejadian, Experiences atau pengalaman, Effects atau efek—3E," tegas Hoshael. Trauma psikologis seorang individu biasanya muncul dari suatu peristiwa, rangkaian peristiwa, atau serangkaian keadaan yang dialami oleh individu sebagai sesuatu yang mengancam atau membahayakan secara fisik atau emosional, mengancam keselamatan jiwa dan yang menimbulkan efek merugikan jangka panjang pada fungsi mental, fisik, sosial, emosional, dan kesejahteraan spiritual individu.


"Kejadian itu, ya, berupa serangkaian peristiwa atau keadaan yang dialami oleh individu. Pengalaman adalah ketika seorang individu merasakan sesuatu yang mengancam, membahayakan secara fisik atau emosional, mengancam keselamatan jiwa. Kemudian, yang terakhir, efek adalah ketika suatu kejadian menimbulkan efek merugikan jangka panjang pada fungsi mental, fisik, sosial, emosional, dan kesejahteraan spiritual individu," terang Hoshael.


Ia menyebutkan bahwa kita juga perlu mengetahui hal-hal apa saja yang bisa memicu trauma. Pemicu-pemicu tersebut meliputi, tapi tak terbatas pada diagnosis penyakit atau kondisi medis yang parah, keterpisahan yang berkepanjangan dari anggota keluarga atau orang yang dicintai, kematian orang tua atau orang yang dicintai, pengalaman diabaikan selama masa kanak-kanak, pelecehan seksual, perkawinan yang bermasalah, kekerasan dalam rumah tangga, pengalaman diskriminasi, pengalaman kehilangan pekerjaan, kemiskinan, kehilangan tempat tinggal, kekerasan akibat peperangan, bencana lingkungan, bencana buatan manusia, seperti teror, penembakan, dan kekerasan kelompok.


3. Trauma bersifat subjektif 
Mengingat bahwa pengalaman traumatis dapat bersifat subjektif, jadi meskipun tidak mengalami peristiwa-peristiwa yang tersebut di poin nomor dua, tetap saja kita dapat mengalami trauma. Selain dari peristiwa yang dapat memicu trauma, ada beberapa faktor yang mempengaruhi dampak dan tingkat keparahan dari suatu pengalaman traumatis. "Hal tersebut meliputi seberapa parah kita terluka atau seberapa nyaris terluka, berapa umur kita ketika itu terjadi dan kondisi kesehatan atau tantangan kesehatan mental yang dihadapi sebelum kejadian, seberapa dekat kita dengan tempat terjadinya peristiwa, dan apakah ada pihak yang datang untuk membantu," terang Hoshael. 


Oleh karenanya, memahami trauma memberi banyak manfaat karena trauma bisa terjadi pada siapa saja, bahkan kadang kita tidak menyadari bahwa kita memiliki trauma tersendiri. "Salah satu awal yang penting dilakukan adalah menyadari, memahami, kemudian mengelola pengalaman traumatis itu sendiri. Mengapa? Karena trauma membantu kita untuk melihat ke dalam diri kita sendiri, sehingga kita bisa mencari dukungan atau bantuan. Baru setelah itu, baru terbukalah jalan bagi kita untuk meneruskan langkah, untuk bertumbuh dan berkembang sebagai manusia," simpulnya.

 

Acara kuliah Whatsapp ini merupakan salah satu hak istimewa bagi Bela yang sudah resmi menjadi anggota Popbela Community. Masih banyak acara lain yang tak kalah menarik dan engaging buat Bela hadiri. Yuk, daftarkan diri kalian dengan klik tautan berikut, ya! http://bit.ly/PopbelaCommunityMember 


bottom of page