top of page

3 Cara Praktikal Agar Anak jadi Individu yang Pantang Menyerah

1 Oct 20 | 15:00

Amelia Rosary

Butuh proses perlahan, namun berkelanjutan

3 Cara Praktikal Agar Anak jadi Individu yang Pantang Menyerah

Tahun ini memang berbeda: untuk pertama kalinya, kita diharuskan untuk menjalani banyak aktivitas dari rumah. Namun, meski harus berhadapan dengan pandemik, orang tua harus tetap memerhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak-anak mereka. Karakter utama yang perlu dibentuk sejak dini adalah sikap pantang menyerah.


Pada kesempatan kali ini, Popmama Parenting Academy 2020 with Tokopedia mengadakan Kulwhap (Kuliah Whatsapp) tentang “1001 Strategi untuk Generasi Unggul: Membangun Mental Pantang Menyerah” bersama dengan Fathya Artha Utami, M.Psi., Psikolog, seorang psikolog anak dari Tigagenerasi, sebuah organisasi yang bergerak di bidang tumbuh kembang anak dan keluarga.


1. Apa itu pantang menyerah?

Ibarat jungkat-jungkit, ternyata tumbuh kembang anak juga harus diseimbangkan. Semua hal yang dapat memberi kenyamanan, misalnya, kita letakkan pada sisi kiri jungkat-jungkit tersebut. Di lain sisi, hal-hal yang berkaitan dengan ketidaknyamanan, seperti tantangan dan emosi jiwa, kita letakkan pada sisi kanan. Bila ditimbang, keduanya harus sejajar dan seimbang, tak boleh ada yang kurang dan tak boleh ada yang lebih. Mengapa demikian?


“Penelitian terkini menyatakan bahwa manusia bisa bertumbuh dan belajar untuk menjadi lebih baik ketika dihadapkan pada situasi yang tak nyaman. Contoh, dalam kondisi yang terdesak, ide kreatif tak jarang muncul begitu saja. Kita juga dapat merasa lebih bersyukur bila sedang dihadapkan pada situasi-situasi yang dirasa kurang ideal. Ada sisi lain dari diri kita yang muncul ketika ketidaknyamanan tersebut hadir,” pungkas Fathya.


Bagi Fathya, pantang menyerah sama dengan being resilient atau mampu untuk bangkit dari perasaan kecewa dan tak berdaya, serta mampu untuk menghadapi situasi yang berada di liar kendali. “Anak-anak kita, yang kebanyakan adalah generasi alpha, hidup di ‘VUCA World’. Huruf pertama, V, berdiri untuk Volta, artinya cepat mengalami perubahan. U untuk Uncertain, ya, banyak ketidakpastian yang dihadapi oleh anak kita. Contoh, di masa pandemik ini, kita tidak tahu kapan anak-anak bisa kembali masuk sekolah secara normal,” terangnya.


Melanjutkan pernyataan tersebut, ia berkata, “Lalu, C, yang berarti Complex. Mereka dihadapkan pada banyak pilihan yang harus dipertimbangkan. Meski belum sepenuhnya paham, tapi kita sebagai orang tua juga harus tetap mencoba untuk menjelaskannya. Terakhir, A adalah Ambiguity. Mereka hidup di suatu situasi yang penuh dengan ambiguitas. Segala sesuatu tak hanya terdiri dari sisi hitam atau sisi putih saja, namun ada juga sisi abu-abunya.”


Perilaku pantang menyerah ini sangat penting bagi proses tumbuh kembang anak. Selain untuk meregulasi emosi anak, anak juga dapat merasa lebih bertanggung jawab dengan diri mereka sendiri, dan tak mudah menyerah pada kegagalan. “Inilah yang akan kita pelajari di Kulwhap bersama Popmama Parenting Academy 2020 kali ini, ya, Ma. Harus diingat, mama tidak perlu takut akan ketidaknyamanan. Sejatinya, hal ini malah dapat kita mengajarkan anak-anak supaya jadi individu yang pantang menyerah,” lanjutnya.


2. Pola pikir yang tepat untuk tumbuhkan anak yang pantang menyerah

Orang tua pun perlu bersiap diri. Sebagai pelatih bagi anak-anak kita, ada beberapa hal yang harus sangat kita perhatikan. “Pertama, percayalah bahwa anak kita adalah mahluk berdaya. Mereka hanya memerlukan sedikit dorongan dan bantuan dari kita, kok. Misal, anak kita sedang menangis karena kesulitan memasang puzzle. Jangan terlalu reaktif memberi bantuan pada anak kitaㅡdengan pendekatan pertama ini, kita akan secara sadar memberi jeda untuk merespon, sehingga anak akan dibiarkan untuk usaha sendiri dulu,” terangnya.


Poin yang kedua, ia melanjutkan, “Rasa tidak nyaman adalah peluang untuk tumbuh. Selama ini, kita pasti menyangka bahwa bahagia, tidak menangis adalah suatu keadaan yang ideal. Padahal, emosi di dalam diri kita merupakan sinyal akan apa yang terjadi pada kita secara psikis. Nah, tinggal bagaimana kita harus menerima dan mengelolanya secara baik. Dengan demikian, ketidaknyamanan, seperti luapan emosi, bisa menjadi sebuah kesempatan bagi anak untuk belajar dan memikirkan langkah selanjutnya.”


Pantang menyerah, Fathya analogikan sebagai otot. Katanya, “Sama halnya dengan otot, sikap pantang menyerah pun yang perlu dilatih karena it takes time, tidak instan. Melatih otot harus secara konsisten, sedikit demi sedikit, agar bisa menjadi lebih kuat. Jangan fokus pada tujuan akhir, ya, tapi fokuslah pada proses. Mendampingi anak dengan sikap pantang menyerah membutuhkan proses yang berkelanjutan.”


3. Menjadi orang tua yang pantang menyerah

Sebelum mendidik anak, orang tua juga dituntut untuk menjadi pribadi yang pantang menyerah. Fathya mengatakan, “Sesuai dengan tema siang hari itu, ‘1001 Strategi untuk Generasi Unggul: Membangun Mental Pantang Menyerah’, berikut adalah seribu-satu tips dan trik agar kita bisa jadi orang tua yang pantang menyerah.”


“S yang pertama, Set goal yang jelas, bantu anak untuk melihat goal mereka. Tanpa melihat goal atau tujuan , motivasi tentu saja akan meluntur. Anak saya sendiri, misalnya, yang sedang senang-senangnya menggambar pesawat. Suatu saat, dia mengeluh, dia kecewa karena gambar hasil karyanya masih saja ia anggap jelek bila dibandingkan dengan gambar yang ada pada buku. Saya tanya, ‘Tujuan kamu gambar apa? Kalau memang mau gambar pesawat, Mama tidak lihat ada bagian pesawat yang kurang. Bila dibanding dengan pesawat di buku, sama-sama ada propeler, sayap, dan awak pesawatnya, kok,’” jelasnya. 

“E, Empati adalah proses mengenali apa yang sebenarnya anak-anak kita rasakan. Meski menggambar pesawat sebenarnya adalah perkara sepele bagi orang tua, kira harus tetap berempati pada masalah sang anak. Nyatakan bahwa kita dapat sepenuhnya mengerti akan kesulitan mereka. Hanya dengan begitu, kita sudah berhasil menunjukkan rasa empati kita pada anak, lho,” katanya.


Selanjutnya, ia mengungkapkan, “R, Regulasi emosi. Nah, setelah mencoba mengerti apa yang sedang anak rasakan, coba bantu anak untuk memahami, mengenali, dan melabeli perasaannya sendiri. Misalnya, ‘Rasa tidak nyaman seperti yang sedang kamu rasakan ini adalah rasa kecewa,’ atau bisa juga rasa malu, takut, dan yang lain.”


“I, Ingatkan bahwa ia berharga, ya, Ma. Ini berkaitan dengan self-love, terutama saat gagal, ragu akan kemampuan diri mereka sendiri, dan takut tak berhasil. Mama bisa bilang, ‘Hei, Mama tahu ini bukanlah tugas yang mudah. Sekarang ini kamu sedang kecewa, sedang ragu, tapi Mama lihat kamu sudah cukup berusaha keras untuk mewujudkannya. Makanya, Mama yakin kalau kegagalan tidak dapat mendefinisikan kamu,’" ujar Fathya memberi contoh.


Kemudian, “B, Berpikir kritis. Jangan fokus pada kegagalan atau keberhasilan saja: ingat prosesnya. Nah, proses inilah yang dapat kita kritisi, kita buat sebagai kesempatan untuk belajar. Kita lihat dulu permasalahannya. ‘Mana yang kamu anggap kurang oke? Bagian pesawatnya semua sudah lengkap, kok. Ya sudah, ke depannya kita latihan lagi agar jadi lebih mirip dengan yang di buku, ya.’ Intinya, ajarkan untuk melakukan hal yang sama tanpa melakukan kesalahan yang sama.”


Masih berkaitan dengan poin sebelumnya, Fathya mengungkapkan, “U, Ubah tantangan jadi kesempatan. Kalau ada tantangan atau rasa gagal, coba kritisi situasi itu. Kita bantu mereka untuk menemukan apa learning point-nya, poin pembelajaran apa yang bisa mereka optimalkan di kemudian hari.”


“1001. Seribu sudah dibahas, sekarang satu一artinya tujuannya hanya ada satu. Anggap diri kita sebagai fasilitator atau pelatih. Dengan menanyakan apa yang sekiranya bisa dibantu, kita sudah melatih anak untuk merfleksikan situasi di sekitarnya. Mereka akan berpikir, ‘Wah, Mama akan bantu. Kira-kira apa yang bisa Mama bantu, ya?’ Berangkat dari situlah, kita juga bisa bantu mereka untuk menemukan solusi atas persoalan mereka,” ujar Fathya memberi kesimpulan.


Rangkaian acara Popmama Parenting Academy (POPAC) 2020 masih akan berlangsung hingga 3 Oktober 2020. Mengusung tema "Nurturing the Future-Ready Family", topik-topik parenting yang menarik akan dihadirkan setiap harinya dan dibahas langsung oleh para pakar. Penonton dapat menyaksikan rangkaian acara Popmama Parenting Academy (POPAC) 2020 secara gratis melalui platform Zoom, YouTube, dan website popac.popmama.com.

bottom of page