top of page

Brand dan Audiens di Era Digital: Kemas Konten Hingga Strategi Monetisasi

27 Oct 20 | 12:50

Amelia Rosary

Work smart adalah kuncinya!

Brand dan Audiens di Era Digital: Kemas Konten Hingga Strategi Monetisasi

Pada akhir Oktober lalu, Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) DKI Jakarta mengadakan webinar series dengan topik, “Brand dan Audiens di Era Digital: Mengemas Konten Hingga Strategi Monetisasi”. Pada kesempatan kali ini, William Utomo, Founder dan COO Media, membagikan tips bagi para content creator tentang cara mengemas ide agar menarik dan dapat dijadikan sumber penghasilan. 


1. Lakukan riset untuk tetapkan audiens

Dalam membuat sebuah konten, menemukan ide tentu adalah langkah pertama yang bisa dibilang paling substansial. Setelah ide dan kerangka konten dikembangkan, menetapkan sasaran audiens adalah tahap selanjutnya yang harus mulai dipertimbangkan. “Setiap tipe konten memiliki audiens yang berbeda, jangan sampai salah sasaran agar konten yang dikembangkan bisa terus eksis,” ujar William memberikan masukan bagi para calon content creator.


William menekankan, “Di sisi lain, riset pun harus dilakukan untuk melihat relevansi tipe konten kita dengan penetapan target audiens. Kalau klik, maka konten kita akan lebih bisa dinikmati. Di IDN Media, misalnya, kita ada beberapa unit bisnis dengan cakupan audiens yang beragam. Contoh, Popbela yang ditujukan bagi remaja perempuan dengan usia di bawah 25 tahun, Popmama bagi para orang tua millennial, atau GGWP bagi teman-teman gamers.”


2. Sesuatu yang unik yang dicari audiens

Ketika sudah meraih audiens yang besar, kita dapat memanfaatkan konten-konten tersebut untuk memperoleh pemasukan atau memonetisasinya. “Manfaatkan konten yang sudah ada, tetapi lebih dikembangkan agar ada keunikan yang bisa ditonjolkan. Jika konten yang diciptakan bergerak di bidang videography, saat ingin membuat video komersial, coba buat konten yang kreatif dan dapat menarik audiens sehingga brand yang kita ajak kerjasama bisa percaya penuh dengan kita.”


Melalui hal seperti ini, bagi William, content creator dapat membangun long partnership serta menarik brand lain untuk bekerja sama. Namun, hal ini tentu juga akan mendatangkan tanggung jawab yang lebih besar. “Tantangan yang sulit, biasanya juga akan menghasilkan sesuatu yang besar pula bila kita menekuninya. Dengan begitu, brand kita sendiri pun dapat berkembang nantinya. Intinya adalah work hard and work smart,” ia menambahkan. 


3. Strategi yang harus dilakukan oleh para content creator

Biasanya, para content creator baru akan menemukan tantangan yang berarti ketika sudah mulai menjalankan produksi konten-kontennya. Terkadang, sepinya audiens membuat content creator seolah dipaksa untuk mencari ide-ide baru. Menurut William, hal ini tidak salah, asal tetap mempertahankan 2 strategi. Katanya, “Pertama, konsistensi. Sebagai penulis, misalnya, coba tetapkan target untuk menulis paling tidak 3 artikel dalam seminggu. Target ini jangan terlewat dan harus selalu diupayakan.”


Melanjutkan poin di atas, William menegaskan bahwa autentisitas adalah salah satu hal lain yang tak dapat diabaikan oleh seorang content creator. “Sah-sah saja jika kita berusaha untuk mengangkat suatu topik yang sedang hype agar tetap up-to-date, tetapi jangan sampai termakan tren. Harus dipastikan bahwa produk kita sendiri memiliki autentisitas, sehingga audiens pun tetap tertarik dengan konten kita. Dengan begitu, kita tak harus kehilangan mereka,” tutupnya.

bottom of page