top of page

Belajar Menulis Novel, Riset Jadi Salah Satu Kunci!

27 Sep 20 | 18:00

Amelia Rosary

Memerlukan sensibilitas akan keadaan sekitar

Belajar Menulis Novel, Riset Jadi Salah Satu Kunci!

Ketika sedang membaca novel, perkembangan karakter merupakan hal yang paling diikuti oleh pembaca. Dengan perkembangan karakter tersebut, rasa ketertarikan untuk segera  menyelesaikan seluruh isi cerita pun muncul. Tak heran, membangun karakter yang “hidup” memerlukan sebuah riset yang panjang dan detail. Hal tersebut juga dilakukan oleh Agus Noor, seorang sastrawan yang terkenal melalui karya-karya puisi, prosa, dan novelnya.


Pada kesempatan kali ini, Agus Noor membagikan tipsnya dalam melakukan riset untuk menulis novel. Berikut ini adalah beberapa hal yang disampaikan oleh Agus Noor pada hari terakhir Indonesia Writers Festval (IWF) 2020. Semoga dapat menginspirasi, ya!


1. Mencari berbagai sudut pandang saat turun ke lapangan

Pria kelahiran tahun 1968 tersebut membagikan pengalamannya saat melakukan riset untuk sebuah tulisan yang ia kerjakan. Mulai dari proses pengenalan karakter hingga penciptaan suasana, seorang penulis perlu melihat isu-isu hangat yang ada di sekitar mereka. Untuk melaksanakannya, Agus lebih menyarankan untuk turun ke lapangan.


Menurutnya, “Melihat secara langsung kasus yang menimpa seseorang atau kelompok adalah hal yang paling penting. Dari situ, kita bisa secara jelas merasakan getar suara mereka, ekspresi, tatapan mata, dan itu semua lebih penting dari data-data tulisan. Saat bertemu dan berbicara langsung dengan orang-orang di sekitar kita, kita akan memperoleh sudut pandang yang menarik. Hal ini tidak akan didapatkan dari metode-metode lainnya.”


2. Ide dapat berasal dari mana pun

Saat hendak mulai menulis, terkadang kita dihadapkan pada sebuah kebimbangan: ide apa yang akan kita kembangkan, karya seperti apa yang akan kita buat kali ini. Menanggapi hal ini, Agus berkata, “Pengalaman sosial dan pengalam personal dari penulis dapat menjadi sebuah ide atau landasan dasar. Curhatan teman kita tentang kisah hidupnya, misalnya, bisa jadi sebuah latar belakang tulisan kita, lho. Yah, yang penting unik dan bisa dikembangkan,” ungkap Agus. 


“Untuk itu, kita harus jadi sensitif akan keadaan sekitar kita. Temukan momentum dari mana saja, sastra tidak memiliki batasan. Nah, untuk yang sedang mulai menulis, coba jadi pendengar yang baik dulu, dengarkan kisah-kisah mereka yang ada di sekitarmu. Setelah itu, latihlah diri agar dapat memberi feedback yang bisa membuat lawan bicara kita nyaman dan percaya. Dengan demikian, pasti akan ada saja keunikan yang bisa ditemukan. Bila ada ketidaksetujuan, tidak apa-apa, namun terbukalah akan sudut pandang mereka.”


3. Menulis adalah pilihan

Saat akan mulai berkarier sebagai seorang penulis, rasa takut dan khawatir tak jarang muncul. Sayangnya, ketakutan dan kekhawatiran akan “nasib” buku inilah yang menyebabkan banyak orang menyerah dan tidak percaya dengan gagasannya sendiri.


“Menulis adalah pilihan. Ketika ada niat untuk mulai menulis, ingat bahwa tidak ada motivasi yang salah, kok. Jika termotivasi untuk menulis agar karyanya best seller dan selalu disukai, silakan. Tetapi, jangan pernah takut untuk menuangkan pikiran kalian melalui tulisan,” kata Agus sambil menutup perbincangan malam itu.


Bagi yang sempat ketinggalan keseruan Indonesia Writers Festival (IWF) 2020, kalian masih dapat menyaksikan sesi-sesi seru tersebut melalui platform YouTube IDN Times. Terima kasih atas partisipasinya dan sampai jumpa di Indonesia Writers Festival (IWF) tahun depan!

bottom of page